Foto bersama usai Sholat Idulfitri di Masjid Sultan Haji Ahmad Shah IIUM |
Judul di atas bukan sekadar isapan jempol belaka. Bagi saya, Idulfitri di Bulan Mei kemarin memanglah bikin takjub dan bikin terkesan. Cerita lebaran ini berkaitan dengan agenda buka bersama IMM Malaysia di Alor Setar Kedah yang saya tulis di postingan sebelumnya (https://www.rajihbersenandung.com/2022/05/ramadan-1443-ketiga-kalinya-di-negeri.html). Foto di atas adalah foto usai Sholat Idulfitri di Masjid IIUM. Dari kiri ada saya, Nadya Fira Efendi, Octafa Nuha ZM, Amalia Isna, dan mas Husaini Ahmad. Sayangnya ketum kami ngga ikutan foto soalnya dia lagi kumpul-kumpul sama anak-anak Indonesia IIUM.
Cerita panjang ini berawal dari buka puasa di Alor Setar, Kedah, bersama teman-teman IMM Malaysia dari Albukhary International University waktu itu sangatlah seru! Kami diajak ke alun-alun di depan Masjid Zahir, duduk lesehan di sana sembari menikmati buka puasa. Semakin asyik buka puasa kami karena menunya adalah nasi campur ala Indonesia, ditemani langit Maghrib dan suasana keramaian orang-orang yang juga duduk lesehan serta berbuka di alun-alun tersebut. Usai berbuka, kami menuju Masjid Zahir untuk Sholat Maghrib, dilanjutkan dengan Sholat Isya. Setelah itu, kami lanjut menelusuri area sekitar, jalan-jalan sampai di bawah menara Alor Setar.
Foto bersama IMM Malaysia di bawah menara Alor Setar |
Kami sempet galau mau ke mana, soalnya semakin malam, tempat-tempat nongkrong udah pada tutup, apalagi di Alor Setar, kebanyakan pada tutup jam 10 malam. Yah, akhirnya kami hanya sekadar menikmati hangatnya udara Alor Setar sembari duduk-duduk di bawah menara dan ngobrol tipis-tipis soal IMM dan memikirkan akan menginap di mana kami nanti malam. Belum lagi harus beli sahur. untungnya waktu itu kami dapat memesan penginapan secara daring dan lumayan nyaman, sebuah rumah yang cukup luas. Perkiraan pukul 10.30 malam, kami rapat sebentar bahas persiapan agenda terdekat, berfoto, lalu pergi ke penginapan, sambil beli sahur di jalan.
Tak seperti yang diharapkan, karena warung-warung sudah pada tutup. Terpaksa kami mencari restoran siap saji seperti McD. Tak disangka ternyata restoran tersebut sangat sangat antre panjang. Segera kami cari alternatif, di komples sebelahnya, ada stasiun pompa bensin yang ada KFC-nya. Tanpa pikir panjang kami segera menuju KFC dan beli porsi secukupnya, lalu bergerak menuju penginapan. Sampai di penginapan, kami Sholat Tarawih, nonton TV sambil sahur, lalu istirahat. Karena ada 3 kamar, maka dibagi, 1 kamar untuk perempuan, 2 kamar untuk laki-laki. Ada juga laki-laki yang tidur di ruang tamu karena tidak cukup.
Sambil mau nonton, sambil sahur |
Keesokan harinya, kami perjalanan pulang meskipun berangkatnya lumayan siang, setelah Dzuhur. Waktu itu, menyempatkan untuk mampir ke Albukhary International University (AIU) dan bertemu dengan teman-teman IMM lagi. Kampus AIU ini keren banget! Waktu masuk area kampus, kami serasa berada di Timur Tengah, nggak seperti sedang di Malaysia.
Salah satu lorong gedung di Albukhary International University |
Keindahan arsitektur gedung-gedung di AIU, bak di Timur Tengah! |
Jalan-jalan dan foto-foto menyusuri AIU dengan teman-teman IMM di AIU |
Setelah foto-foto, jalan-jalan keliling AIU dan foto bareng, kami pamit pulang dan berharap bisa bertemu lagi di agenda-agenda IMM Malaysia berikutnya. Rencananya kami akan mengadakan pelantikan pengurus dan Latihan Instruktur Dasar.
Dari Albukhary, kami meluncur ke rumah Pak Sutrisno di Kedah. Jaraknya agak jauh sehingga kami bahkan berbuka puasa di rumah Pak Sutrisno. Di sinilah salah satu momen mengesankannya.
Menjelang berbuka, saat kami mengobrol dengan Pak Sutrisno, saya menyinggung sedikit soal pengumuman dari pemerintah Malaysia tentang keputusan tanggal lebaran. Pak Sutrisno segera menawarkan untuk nonton di TV saja. Kebetulan di ruang tamu sudah ada TV. Ketika waktu berbuka tiba, kami segera menyalakan TV. Benar saja, saat itu sangat bertepatan dengan momen pengumuman dari pemerintah Malaysia tentang hari lebaran. Jujur saja kami deg-degan. Kami dengarkan penjelasan pengumuman di TV dengan seksama, dan ketika diumumkan bahwa lebaran adalah besok, kami langsung mengucap alhamdulillah dengan sukacita seraya bertakbir bersama. Kesukacitaan kami ini bukan karena ini terakhir puasa, tapi karena tanggal lebaran di Malaysia sama dengan Indonesia, dan juga kami di Muhammadiyah kan puasanya duluan, pastinya lebaran juga duluan. Kami sudah ready dengan lebaran besok dan saat itu sudah jadi puasa ramadhan terakhir di tahun 1443 bagi kami. Tapi entah kenapa rasanya seneng banget waktu tahu pengumuman lebaran di Malaysia itu sama dengan di Indonesia. Rasa sukacita ini bahkan direkam, tonton videonya di postingan instagram saya di sini.
Buka puasa bersama di rumah Pak Sutrisno di Kedah |
Dari Pak Sutrisno, kami melakukan perjalanan pulang. Karena tanggal lebaran yang mendadak, akhirnya orang-orang berbondong-bondong untuk pulang kampung. Hal ini bisa kami lihat saat perjalanan pulang. Dari arah Kuala Lumpur menuju Kedah, kendaraan sangat sangat sangat padat! Padahal, tadinya rombongan berniat mengantar saya sampai nyeberang ke Penang. Tapi, melihat kondisi yang demikian dan juga teman-teman kok seperti mengiming-imingi keindahan KL, akhirnya saya putuskan untuk ikut rombongan ke Kuala Lumpur demi kemasalahatan bersama. Kocaknya, persiapan saya bener-bener minim. Saya bawa baju ganti tapi tidak cukup untuk beberapa hari di KL. Ya sudahlah, jalani aja dulu, siapa tahu ada jalan nanti.
Tiba di Kuala Lumpur, kami mampir istirahat di Rumah Dakwah Muhamadiyah Malaysia di Gombak.
Berfoto di Rumah Dakwah Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia di Gombak |
Paginya, kami sholat Idulfitri di Masjid Sultan Haji Ahmad Shah IIUM (International Islamic University Malaysia). Sempet agak terlambat, tapi aman sih hahahaha. Saya taruh barang-barang di kamar ketum Aunillah, lalu mandi dan berangkat Sholat. Usai sholat, inilah momen memorable selanjutnya dimulai. Keluar masjid, rasanya saya seperti nggak di Malaysia, karena saya melihat suasana Timur Tengah di situ. Banyak orang berasal dari luar negeri bersalam-salaman, bersuka cita, berfoto, dan berkumpul dengan kawan-kawannya.
Suasana usai Sholat Idulfitri di IIUM |
Saya juga akhirnya bertemu dengan teman-teman PPI Malaysia secara langsung, karena tadinya hanya bertemu secara daring selama kepengurusan setahun kemarin.
Muhammad Ali (baju putih) dan Faisal Syawie (berpeci berkacamatan) adalah di antara teman-teman PPI Malaysia yang saya nggak sengaja jumpa usai Sholat Idulfitri di IIUM |
Sebagaimana budaya di Indonesia yang mana orang-orang melakukan kunjungan atau silaturahmi selepas Sholat idulfitri, saya dan teman-teman IMM juga demikian. Kami mengunjungi rumah-rumah Bapak Ibu Pimpinan Ranting Muhamadiyah di Kuala Lumpur. Rumah pertama yang kami tuju adalah Rumah Bapak Aqil di Kepong.
Silaturahim di rumah Bapak Aqil di Kepong |
Kemudian kami berlanjut ke rumah Bapak Masyhur yang juga masih di Kepong.
Berfoto bersama di rumah Bapak Masyhur di Kepong |
Sebetulnya, kalau ngga salah, temen-temen masih mau lanjut silaturahmi lagi ke rumah Bapak Ibu Muhammadiyah, tapi karena Adi (Mansurni Abadi) ngajak saya ketemuan dengan teman-teman Departemen Penkastrat (Penelitian & Kajian Strategis) PPI Malaysia periode sekarang, yaitu Rahman Prasetyo (Kadep) dan Fakhrizal Akbar Ilmiawan (Wakadep) di stasiun KL Sentral, jadi saya dianter teman-teman ke sana dan kami berpisah. Saya menemui Adi dan Akbar di stasiun KL Sentral dan ngobrol seputar isu-isu terkini, sempat bahas soal keorganisasian juga. Setelah itu, ada hal lucu yang terjadi.
Di Gombak, harapan saya, ada minimarket yang jual charger dan kabel biar saya bisa charge hp yang sudah mati dari tadi. Karena saya khawatir nanti bingung dengan transportasi setelah sampai di stasiun Gombak. Ternyata bener, dong! Sampai di stasiun Gombak, saya langsung mampir minimarket, dan tidak jual charger. Saya kebingungan cari transportasi. Ada bus Rapid, tapi harus pakai touch n go, kalaupun saya punya, rutenya ngga ngerti. Mau pesan grab, hp mati. Ada taxi tapi say atakut kemahalan. Yang bisa saya lakukan waktu itu hanya berdiam diri. Oiya, bisa dilihat pada foto silaturahmi di atas dan foto usai Sholat Idulfitri, saya pakai batik dan sarung kan. Nah, saya belum ganti baju sama sekali bahkan ketika sudah di Stasiun Gombak. Tak kehabisan akal, saya coba jalan keluar stasiun, barangkali ada minimarket seperti 7 Eleven atau Happy Mart. Jalan cukup jauh dengan kondisi berbatik plus sarungan merupakan hal terkocak yang saya lakukan waktu itu, untungnya kok tidak ramai orang. Keluar dari area stasiun saya menemui jalan raya. Saya coba jalan menysuri tanjakan hingga ujung, ternyata ini adalah jalan menuju jalan besar atau jalan tol. Mulailah saya putus asa. Tak ada ide yang lebih bagus selain jalan balik ke stasiun. Tiba di stasiun, saya cuma bisa duduk dan ngemil jajan, merenung sembari memandangi langit-langit seraya bergumam, "Ya Allah, gini amaaat yak nasib gua". Saya cuma bisa berharap teman-teman, kali aja hati mereka terketuk buat nyariin saya hahaha.
Menjelang Maghrib, mulai banyak orang yang berdatangan ke stasiun. Saya mendatangi seorang pemuda yang tampak sedang aktif dengan hpnya. Iseng saya tanya apakah dia punya instagram, karena jika ada, saya mau numpang dm ke instagramnya ketum Aunillah Ahmad. Ternyata dia punya dan bersedia membantu. Segera saya dm dan sekalian mengirim foto. Yah, dasar dm dari orang asing ya, tentu tidak bisa langsung keluar notifnya. Yang penting saya sudah kirim pesan, dan saya sangat berterima kasih pada orang tersebut atas kesediaannya membantu. Orang tersebut pergi dengan bus dan saya mencoba menunggu keberuntungan di stasiun Gombak, barangkali ketum Aunillah atau biasa dipanggil Ulin ngecek instagramnya. Antara pasti dan tak pasti. Cukup lama juga nunggunya. Khawatir jangan-jangan memang tidak terbaca.
Tiba-tiba, entah ilham dari mana, saya kok kepikiran untuk naik LRT lagi dan menuju stasiun KLCC. KLCC kan pasti ramai orang (meskipun hanya asumsi karena saya belum pernah ke sana, asumsi saya hanya berdasarkan kondisi yang saya lihat saat Akbar turun stasiun KLCC dan di sana sangat ramai orang, yang turun KLCC juga banyak). Ya sudah, saya berangkatkan saja, daripada tidak ada solusi sama sekali. Sesampainya di KLCC, saya segera masuk mall Avenue K dan mencari minimarket. Ketemulah 7 Eleven dan segera saya beli charger. Kebetulan ada stopkontak terdekat. Saat berhasil menyambungkan hp saya dengan charger ke stopkontak dan baterai mulai terisi, sungguh rasa syukur saya seperti tak terbendung. Lega bukan main rasanya. Saya nggak peduli kondisi saya waktu itu masih pakai batik dan bersarung di tengah ramainya orang-orang yang berbaju santai dan menikmati jalan-jalan di mall. Setelah dirasa cukup, saya nyalakan hp dan segera menghubungi teman-teman. Saya diarahkan untuk naik LRT dan turun di Stasiun Taman Melati. Di sana, saya dijemput oleh Fakhri Abrar dan Haikal Algiffari. ternyata teman-teman sedang silaturahmi di rumah Bu Beta, pemilik mobil yang kami pakai untuk ke Alor Setar kemarin sekaligus dosen IIUM yang selalu mengayomi mahasiswa Indonesia di IIUM. Di rumah Bu Beta, saya ceritakan semua kejadian yang saya alami, seketika semua tertawa terbahak-bahak sampai tak tertahankan. Khususnya kisah Adi yang ketiduran dan saya yang kayak anak hilang di stasiun Gombak. Hahahahaha. Kami pulang dan saya numpang di kamarnya ketum Ulin.
Keesokan harinya, kami lanjut silaturahmi ke rumah Bu Medria dan Pak Tobing di sekitar KLCC.
Silaturahmi di Rumah Bu Medria dan Pak Tobing |
Selepas dari Bu Medria, kami menuju WASOLA (Warung Soto Lamongan) yang merupakan amal usaha Muhammadiyah di bawah pengelolaan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia. Hanya saja waktu itu saya izin ke teman-teman untuk langsung ke Wasola karena Akbar, Adi dan Prasetyo sudah menunggu saya di sana sejak lama karena teman-teman rombongan mau silaturahim dulu di rumah Bapak Ibu Muhammadiyah di sekitar Wasola. Kebetulan ada Bapak Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI KL Pak Farid Ma'ruf yang sedang singgah di sana. Kami alhamdulillah ditraktir.
Berfoto di depan WASOLA (Warung Soto Lamongan) di Kampung Bharu Dari kiri: Fakhrizal Akbar Ilmiawan (Akbar), Rahman Prasetyo (Tyo), Mansurni Abadi (Adi), saya |
Begitulah cerita panjang Idulfitri saya di tahun 1443. Sungguh menakjubkan dan mengesankan. Menakjubkan karena banyak hal baru yang saya temui. Mengesankan karena saya bersilaturahmi dengan ornag banyak, serta mengalami kejadian-kejadian kocak. Hahaha. Lumayan sebagai penagalan. Selanjutnya saya akan bercerita tentang tempat-tempat menarik di Kuala Lumpur yang saya kunjungi bersama teman-teman IMM Malaysia pada postingan berikutnya.
Ini lebaranku, mana lebaranmu?
Komentar
Posting Komentar
Komentarin ya! Saya seneng banget kalau dikomentarin. Terima Kasih :)