Sebulan yang lalu, aku dipanggil untuk menandatangani perjanjian kerja di Universitas Muhammadiyah Malang.
Akankah anda menebaknya?
Ya! Sesuai dugaan anda, saya jadi karyawan di kampus swasta yang tak diragukan lagi kredibilitasnya ini.
Tapi, saya hanya berbohong soal menjadi karyawan. Sebenarnya, ada realita yang sangat saya dambakan, walaupun pada akhirnya menjadi bom atom bagi diri saya sendiri. Yah, faktanya, sebulan lalu, saya telah menandatangani surat perjanjian kerja sebagai dosen di kampus S-1 saya. Bahagia dong, karena bisa mengabdi untuk kampus yang mendidik saya selama bertahun-tahun. Jurusannya, jelas sosiologi. Asal anda tahu, menjadi dosen kemudian menjadi professor, sudah menjadi cita-cita saya sejak SD dulu. Jadi, ketika saya mendapat kabar akan diterimanya seorang Rajih menjadi dosen, jelas seneng banget. Sangat bahagia! Bersyukur banget! Tak disangka karir menjadi dosen bisa kuraih secepat ini.
Lalu, bagaimana dengan bom atom yang saya sebutkan tadi?
Anda tahu lah, kalau profesi Dosen itu bisa diraih ketika anda sudah mendapat gelar S-2. Kondisi saya yang masih alumni S-1 ini, jelas melawan realita. Alhasil, wajar jika menjadi bahan omongan. Sungguh bermacam-macam desas desusnya. Sampai ada perkataan bahwa saya bisa menjadi dosen karena "The Power of Orang Dalam". Hal ini berimbas ke pikiran saya sehingga tiap kali ke kampus dalam 3 minggu pertama, saya merasa menjadi orang yang berdosa karena menyalahi aturan perekrutan dosen yang semestinya harus alumni S-2, bukan anak ingusan macam saya ini.
MOHON MAAF! Segala sesuatu yang berkaitan dengan ORANG DALAM, adalah musuh saya sejak dulu. Jadi, mana mungkin saya menyalahi prinsip hanya untuk bisa meraih cita-cita. Wong, saya juga nggak nyangka kalau ternyata saya bisa diterima sebagai dosen di kampus putih tercinta ini.
Bersambung...
Akankah anda menebaknya?
Ya! Sesuai dugaan anda, saya jadi karyawan di kampus swasta yang tak diragukan lagi kredibilitasnya ini.
Tapi, saya hanya berbohong soal menjadi karyawan. Sebenarnya, ada realita yang sangat saya dambakan, walaupun pada akhirnya menjadi bom atom bagi diri saya sendiri. Yah, faktanya, sebulan lalu, saya telah menandatangani surat perjanjian kerja sebagai dosen di kampus S-1 saya. Bahagia dong, karena bisa mengabdi untuk kampus yang mendidik saya selama bertahun-tahun. Jurusannya, jelas sosiologi. Asal anda tahu, menjadi dosen kemudian menjadi professor, sudah menjadi cita-cita saya sejak SD dulu. Jadi, ketika saya mendapat kabar akan diterimanya seorang Rajih menjadi dosen, jelas seneng banget. Sangat bahagia! Bersyukur banget! Tak disangka karir menjadi dosen bisa kuraih secepat ini.
Lalu, bagaimana dengan bom atom yang saya sebutkan tadi?
Anda tahu lah, kalau profesi Dosen itu bisa diraih ketika anda sudah mendapat gelar S-2. Kondisi saya yang masih alumni S-1 ini, jelas melawan realita. Alhasil, wajar jika menjadi bahan omongan. Sungguh bermacam-macam desas desusnya. Sampai ada perkataan bahwa saya bisa menjadi dosen karena "The Power of Orang Dalam". Hal ini berimbas ke pikiran saya sehingga tiap kali ke kampus dalam 3 minggu pertama, saya merasa menjadi orang yang berdosa karena menyalahi aturan perekrutan dosen yang semestinya harus alumni S-2, bukan anak ingusan macam saya ini.
MOHON MAAF! Segala sesuatu yang berkaitan dengan ORANG DALAM, adalah musuh saya sejak dulu. Jadi, mana mungkin saya menyalahi prinsip hanya untuk bisa meraih cita-cita. Wong, saya juga nggak nyangka kalau ternyata saya bisa diterima sebagai dosen di kampus putih tercinta ini.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar
Komentarin ya! Saya seneng banget kalau dikomentarin. Terima Kasih :)