Kamu lihat sesuatu nggak di foto ini?
Apa? Biasa aja?
Kamu berarti perlu sedikit belajar mengawang-awang soal masalah sosial di sekitarmu. Meskipun saya bukan ahli analisa sosial, saya paling nggak bisa sekonyong-konyong mikir ke mana-mana kalau lihat ada hal nyentrik dalam kehidupan sosial di sekitar saya, walaupun saya akui, analisa saya nggak sehebat bapak ibu dosen di kampus-kampus, para praktisi yang sering turun dalam menangani kasus-kasus penyimpangan sosial, atau pemerintah. Saya akui juga, saya kurang memahami kondisi di desa tempat saya tinggal saya sendiri, malahan saat pindah ke daerah lain, otak saya justru mulai aktif menganalisa sana sini. Paling nggak, melalui tulisan ini, saya mau mengajak diskusi para pembaca yang terhormat.
Ini yang saya temukan sepanjang saya tinggal di Jakarta. Kurang lebih bisa dihitung sebulan, kalau dijumlah-jumlahkan. Gambar ini saya ambil waktu naik ojek menuju penginapan, dan posisi sudah sangat lelah karena perjalanan jauh dan menenteng tas ransel super berat berisi laptop, berkas-berkas penting untuk dilegalisasi, buku-buku tebal dan baju-baju ganti. Posisi motor yang driver ojek online dan saya kendarai berada tepat di belakang zebra cross yang sudah memudar. Tapi, perhatikanlah! Di depan kami, ada banyak orang yang berhenti tidak sesuai aturan, bahkan melebihi batas hingga melewati zebra cross. Perilaku seperti ini sering saya saksikan selama di Jakarta. Mereka ingin segera melaju dan memilih untuk berhenti di tempat paling depan yang memang benar-benar depan. Berbatasan tepat dengan motor yang sedang melintas dari arah kanan dan kiri. Mengerikan bukan, sih? Tapi mereka seakan suka, padahal nyawa taruhannya.
Lalu, coba lihat lagi! Ada pengendara berboncengan dengan mengenakan helm ojek online. Dua macam ojek online pula. Bagi saya, ini urusannya sudah ke mana-mana. Bagaimana tidak? Begini perinciannya:
1. Pelanggaran Peraturan Rambu Lalu Lintas. Bukannya sudah jelas ya, kalau lampu merah, berhentinya di belakang zebra cross, bukan di atasnya atau malah ngelewatinnya;
2. Keselamatan Penumpang, dan Driver Ojek Online itu Sendiri. Kalau begini kan, bisa mengancam keselamatan penumpang. Kasihan si penumpang jelas ingin sampai di tujuan dengan selamat. Meskipun ingin cepat juga, tapi bukan begini caranya. Atau jangan jangan, perilaku driver ojek online dan masyarakat di Jakarta memang kebanyakan seperti itu ya? Apapun dilakukan asal cepat? Aman tidaknya urusan nanti? Ke laut aje sono. Masalahnye kalau kecelakaan, lu pade ikutan kecelakaan. Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli keselamatan?;
3. Nama Perusahaan Ojek Online Ikut Menjadi Sorotan. Kenapa? Karena orang-orang yang menggunakan jasa ojek online tersebut akan merasa tidak aman, dan menyampaikan keluh kesah serta evaluasinya, dengan cara mereka masing-masing. Apalagi orang luar Jakarta seperti saya, kan saya jadi merasa tidak aman untuk menggunakan ojek online. Alhasil, orang-orang jadi takut menggunakan jasa ojek online. Parahnya, di foto ini, ada dua perusahaan ojek online yang ditunjukkan. Imbasnya jelas ke reputasi perusahaan ojek online itu dong. Mereka akan melakukan evaluasi dan secara terpaksa anda para driver ojek juga kena teguran, bahkan bisa diblokir juga hak untuk narik ojeknya;
4. Professionalisme Kerja. Jadi, apakah bapak driver bisa dikatakan loyal pada satu perusahaan ojek
online, apakah tidak? Kecuali memang perusahaan membolehkan, sih. Kadang karena tidak ada helm, akhirnya helm seadanya dipakai aja. Tapi terlepas dari itu, jika memang drivernya professional, dia akan mengutamakan keselamatan penumpang, mantaati peraturan, sopan dan siap menanggung resiko bagaimanapun kondisi jalanan. Tunggu dulu, bukan hanya driver yang dituntut professional, tapi juga perusahaan ojeknya. Seharusnya perusahaan semakin meningkatkan pengawasan serta evaluasi agar hal seperti ini tak terjadi lagi. Bagaimanapun juga, keberadaan anda bukan hanya untuk menghasilkan uang, tapi juga membantu masyarakat sehingga keselamatan juga sangat penting. Hal-hal kecil juga harus menjadi perhatian khusus, bukan asal jalan saja drivernya.
Sebenarnya tak hanya terjadi pada ojek online saja, tapi juga kendaraan-kendaraan lain seperti mobil. Tak jarang saya melihat taksi dan mobil-mobil tetap melaju walaupun rambu lalu lintas menunjukkan tanda untuk berhenti. Akibatnya, para pejalan kaki yang ingin menyeberang lewat zebra cross jadi terganggu padahal mereka sudah diberi kesempatan untuk menyeberang. Mobil pribadi pun, seringkali berhenti di atas zebra cross saat lampu merah. Melihat ini, saya mengalami situasi yang ambivalen. Kalau saya tegur, belum tentu juga memberikan solusi karena posisi mobil berada di tempat yang tak bisa diganggu lagi, apalagi saya bukan warga asli jakarta. Kalau tidak saya tegur, berarti sama saja saya mengiyakan situasi ini terus berlanjut. Entah bagaimana caranya menegur para manusia-manusia yang super sibuk dan menggunakan alasan buru-buru demi bisa melanggar tata tertib berlalu lintas. Okelah, mungkin saya tidak sesibuk mereka, tapi, kalau tidak mau terlambat, lebih baik bernagkat di awal. Kalau tidak ingin terhambat di jalan, jangan berangkat kesiangan.
Oke oke... Stop, jangan emosi dulu.
Saya mohon, anda tenang. Saya hanya ingin mencoba mengajak anda, para pembaca yang terhormat, untuk berpikir dan introspeksi sejenak. Ternyata, kita semua masih mengabaikan hal yang penting untuk kita sehingga kita tak sadar, akan tiba waktunya kita terkena musibah akibat ulah nakal kita sendiri, yang sombong nan angkuh, yang sulit dinasehati, yang inginnya serba cepat dan instan.
Bagaimana pendapatmu?
Apakah ini Indonesia banget?
Komentar
Posting Komentar
Komentarin ya! Saya seneng banget kalau dikomentarin. Terima Kasih :)