Pantaskah?
Entahlah...
Tapi, mungkin bisa jadi nggak
Kayaknya aku kurang bersyukur bisa jadi peserta ACYC 2017 di Bandung, alhasil aku belum melahirkan karya apapun sampai sekarang.
Aku harus instrospeksi diri.
Aku harus inget kalau ACYC bukan sekedar permainan belaka.
Telah terukir sejarah bagaimana aku bisa masuk di ACYC dan segala prosesnya.
Aku harus ingat,
harus tetap mengingat...
Harus tetap semangat...
Beginilah kisahku bersama ACYC, Anti-Corruption Youth Camp 2017.
.
**
*
Besoknya, tanggal 4 Desember pagi, kami ikut acara pembukaan di kantor Walikota Bandung. Kami
berangkat naik angkot warna putih, bareng-bareng, jumlahnya banyak. Sampai sana, keliatan banget Pak Ridwan Kamil lagi mimpin apel. Kirain beliau bakal ikutan acara pembukaan, ternyata beliau berhalangan, jadi Pak Wakil walikota yang ngegantiin, Kang oded.
Bersambung....
Entahlah...
Tapi, mungkin bisa jadi nggak
Kayaknya aku kurang bersyukur bisa jadi peserta ACYC 2017 di Bandung, alhasil aku belum melahirkan karya apapun sampai sekarang.
Aku harus instrospeksi diri.
Aku harus inget kalau ACYC bukan sekedar permainan belaka.
Telah terukir sejarah bagaimana aku bisa masuk di ACYC dan segala prosesnya.
Aku harus ingat,
harus tetap mengingat...
Harus tetap semangat...
Beginilah kisahku bersama ACYC, Anti-Corruption Youth Camp 2017.
.
**
*
2017, salah satu tahun yang mengukir kenangan senang dan
sedih di hidupku. Di tahun itu aku dinyatakan lulus dari studi S-1, tahun itu
juga aku mulai belajar lagi bahasa inggris di tempat yang berbeda-beda, pun
juga aku kedapetan beberapa kesempatan tak terduga yang nggak semua orang bisa
ngedapetinnya karena sifatnya kompetisi yang diikuti orang se-Indonesia raya. Kali
ini, aku bakal ceritain salah satunya.
Bulan Desember 2017 kemarin, aku diberi
kesempatan untuk gabung di acara Anti-Corruption Youth Camp (ACYC) di Bandung,
sebuah acara besar yang diadain oleh KPK dan komunitas-komunitas seperti Youth
Proactive, Gusdurian, Ketjil Bergerak dan masih banyak lagi.
Awalnya, salah seorang kawanku, Dana Arga Dinata, Mahasiswa
Sosiologi Universitas Brawijaya, ngajakin aku buat ikut ACYC yang
persyaratannya harus bikin video dan punya karya digital. Dalam hati, “ini sih,
gue banget”. Akhirnya kuiyain ajakan dia. Kusebar info tentang acara ini yang
kudapat dari Dana ke mana-mana. Dia udah bikin video dan diupload di channel Youtubenya, sedangkan aku masih belum sempat juga walau akhirnya bisa kebikin
itu video.
Jujur aku nggak nyangka dan bersyukur segede-gedenya soalnya
aku ikut kompetisi ini hanya dengan bermodalkan nekat serta video dan karya
yang biasa-biasa aja. Terus juga kompetisi ini diikutin oleh para anak-anak muda
di tanah air, jadi rasanya bangga banget bisa kegabung di ACYC ini. Uniknya
lagi, kan aku sempet ngajakin anak-anak IMM komisariat FISIP UMM, nah, ada satu
kader yang ikutan juga (kebetulan dia Youtuber dan subcribernya udah 1K lebih.
Ini channel Youtubenya) namanya Mirza Bareza, dan dia lolos seleksi juga buat
ikut acara keren ini. Kagetlah kami berdua soalnya udah satu daerah, satu
organisasi pula.
Kalau nggak salah pengumumannya itu bulan Nopember via
E-mail, dilampirin juga rundown acara sama ketentuan-ketentuan yang harus
disiapkan sebagai peserta. Kageta aja aku sama Mirza soalnya di rundown
tertulis, pematerinya Cameo Project, Raditya Dika atau Panji Pragiwaksono, ada
materi dari Kok Bisa (ini channel Youtube Kok Bisa), dan lain-lain yang
amazing. Seneng buan main waktu itu kami berdua soalnya ini bener-bener
kesempatan langka coy. Akhirnya, kami pesen tiket kereta pasundan dari
Wonokromo ke Kiaracondong (kebetulan pasundan paling terjangkau harganya buat
kami-kami anak kos-kosan, padahal aku anak rumahan haha). Tanggal 2 Desember
pagi kami berangkat naik bus ke Surabaya.
*****
Tiba di Bandung, ketemulah kami dengan salah satu peserta
asal Yogyakarta, namanya Arif Budi Darmawan. Sempet mampir makan soalnya laper
banget dan posisi kami tiba jam setengah 12, plus di perjalanan nggak makan
nasi. Keluar Kiaracondong, akhirnya kami nyari nasgor sama Arif. Sambil makan
sambil ngobrol macem-macem, dari politik sampai multikultural, hanya saja
lingkupnya di kampus masing-masing. Dia UGM (Universitas Gajah Mada) dan kami
berdua UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) jadi ya wajar suasana
masing-masing kampus beda-beda. Jam 12 lebih seperempat, kami akhiri makan
malam itu dan segera memesan Go-Car karena panitia udah nungguin di Wisma Bina
Marga Jalan R.E. Martadinata.
Tiba di wisma, kami dibagi kamar, dan istirahat di kamar
masing-masing. Eh, di kamar aku ketemu sama anak UGM lagi tapi S2, kalau Arif
kan S1. Namanya Hasian Sidabutar (ini channel Youtubenya). Bang Hasian ini
orang Medan tapi dia udah ngerti banget gimana kultur di Jawa jadi asyik aja
ngobrol sama dia sambil ada bahasa Jawanya dikit seperti manggil dia pake “sampeyan”
bukan “bang” haha. Oh iya, aku salut
banget sama Bang Hasian ini karena dia menjaga banget toleransi beragama. Dia bahkan
ngingetin buat sholat meskipun dia dari Umat Kristiani di sepanjang hari kami
bersama sekamar.
Aku kaget lihat kamarnya. Wuih! Ber-AC, spring bed, TV 24
inch, almari, kamar mandi dalam, bener-bener ini acara gokil dan nggak
main-main. Sebelum tidur dan sholat jelas aku mandi dulu kan. Lagi-lagi aku
dibikin kaget gara-gara itu kamar mandi ada keran air panasnya. Buat aku yang
jarang ngerasain kaya gini jelas kegirangan dong, hahaha. Jadi, mandilah aku
pakai air hangat yang keluar dari keran dan showernya. Eits, sorry aja ya. Aku nggak
katrok, cuman jarang aja kayak gini jadi yaaa dinikmatin aja, mumpung ada.
Besoknya, kami kedatangan 2 orang. Mereka adalah Handaru
Arya Pradana yang biasa dipanggil Daru (podcaster paling ngeri se-jagat raya
dari Podcast Pojokan. Ini link Podcast Pojokan) dari Jakarta dan Handriva Fauzi
dari Sumatera Barat dan biasa dipanggil Andri. Sesama bernama depan “Han” bukan
berarti mereka kakak adek an loh ya, hahaha. Kebetulan aja sama namanya. Ternyata,
teman-teman kamarku ini gokil-gokil. Bercandanya ingkat dewa, jadi wajar aja
aku sering ketawa kalu bareng mereka. Cerita soal mereka, akan kujelasin dah nanti.
Kelompok 6 ACYC 2017. (Dari kiri bawah : Dhiyaurrahman, Mirza. Dari kiri atas : Khaula, Sigit, Aku, Gisna) |
Tanggal 3 malam, kami dikumpulkan di salah satu aula wisma
untuk briefing dan perkenalan plus pembagian kelompok. Kesekian kalinya aku
dibikin kaget lagi karena aku sekelompok sama Mirza. Duh, ketemu sama anak ini
lagi. Hahaha. Aku dikelompokkan bareng teman-teman dari berbagai daerah dan
dengan berbagai background yang sangat unik. Ada yang namanya Dhiyaurrahman, manusia
di balik wasatha.com, salah satu media di Aceh. Ada juga Sigit Kuncoro, pemuda
asal Kalimantan yang kuliah di AMIKOM Yogya namun aksennya udah Yogya banget.
Gisna Maulida, perempuan asal Bandung yang jadi unik dengan
kacamata bulet khasnya. Terakhir ada Khaula Syahida, asal Sulawesi tengah,
paling muda di antara kami semua dan sangat punya semangat tinggi buat belajar.
Uniknya lagi, aku kedapetan 2 orang fasilitator yang super keren. Salah satu
dari mereka semacam nggak asing wajahnya tapi entah di mana aku liatnya, lupa
waktu itu. Mirza juga punya pikiran yang sama. Mereka berdua adalah Mas Rivo
Pahlevi dari Jakarta dan Mas Crisna Akbar asal Aceh. Sebagai alumni ACYC tahun
sebelumnya, mereka bertugas mengarahkan kami selama berhari-hari di Bandung
agar jadi jebolan ACYC yang berkualitas. Soal bagaimana mereka berdua, akan
kuceritain nanti. Pokoknya super anjay dah beliau berdua ini.
Foto bareng setelah acara Pembukaan |
Besoknya, tanggal 4 Desember pagi, kami ikut acara pembukaan di kantor Walikota Bandung. Kami
berangkat naik angkot warna putih, bareng-bareng, jumlahnya banyak. Sampai sana, keliatan banget Pak Ridwan Kamil lagi mimpin apel. Kirain beliau bakal ikutan acara pembukaan, ternyata beliau berhalangan, jadi Pak Wakil walikota yang ngegantiin, Kang oded.
Bersambung....
Komentar
Posting Komentar
Komentarin ya! Saya seneng banget kalau dikomentarin. Terima Kasih :)