Allahu Akbar!
Hari ini, Rabu, 7 Juni 2012, adalah hari terakhir bagiku untuk mengajar di Pondok Modern Gontor 3 darul Ma'rifat. Seketika aku melaksanakan sujud syukur usai Sholat Dzuhur tadi siang. Meski belum pasti aku masih terus mengabdi di Bumi Darul Ma'rifat ini atau keluar untuk tujuan yang telah direncanakan olehku dan orang tua. Mungkin aku harus lebih beristikharah lagi agar Allah memberiku petunjuk lewat apapun itu bahkan lewat hatiku sendiri.
Banyak sekali hal-hal yang terjadi minggu ini. Hari selasa kemarin adalah hari di mana untuk pertama dan terakhir kalinya (mungkin) aku mendudukkan diriku di atas kursi Guru. Seumur-umur, baru sekali ini aku duduk di atas kursi guru. Saat calon pelajar, tak terpikir olehku untuk duduk di atas kursi guru. Tapi saat menginjak ke kelas 1 KMI, aku mulai melihat banyak teman-temanku yang duduk di atas kursi guru saat guru tidak ada atau bahkan saat tidak masuk kelas. Perilaku mereka membuatku ingin sekali mencoba bagaimana rasanya duduk di atas kursi guru. Ternyata ada sesuatu yang menahanku untuk duduk di atasnya. Perasaan dan pikiranku berkata bahwa aku belum pantas duduk di kursi yang sanagat berwibawa tinggi itu menurutku. Okelah. Aku akan mendudukinya ketika aku lulus nanti dan menjadi ustadz.
Waktu berlalu dan kini aku sudah menjadi seorang Guru. Mestinya sudah pantas jika dipikir2 untuk duduk di atas kursi guru. Tapi, pikiranku mengganjal lagi. Lagi-lagi hatiku mengatakan yang pantas untuk duduk di sini adalah guru yang sudah tua atau yang lebih senior dariku. Yap... akhirnya selama setahun aku tak duduk di kursi guru saat mengajar dan yang kulakukan adalah berdiri, keliling berpindah2 tempat dan kurasa itu lebih baik agar mengajar terasa lebih berisi. Dan kemarin, aku telah mengkhatamkannya dengan duduk di atas kursi guru. Aku bersyukur akhirnya di saat akhir aku masih sempat duduk di sini. Pengalaman yang tak terlupakan.
Hari ini, karena masuk kelas terakhir, aku berencana untuk membuat kelas yang ku ajari mengakhiri pertemuan denganku secara HAPPY ENDING. tapi yang terjadi adalah kebalikannya. yang ada hanyalah kemarahan, kekhilafan, tangisan dan terakhir permohonan maaf. Aku sebenarnya ikut terharu tapi hanya terlihat sedikit bagi murid2ku (semoga). di kelas 1-M, aku terpaksa marah habis2an dan kuungkapkan semua sakit hatiku terhadap mereka. Suasana kelas hening. Tapi setelah itu kuberi mereka motivasi lantaran kelas mereka bawah yaitu "M" jadi kemampuan mereka belum keluar semua dan jika direndah2kan akan lebih down lagi. Lanjut ke 1-I. Sebelumnya, di kelas 1-I aku belum pernah marah karena aku berusaha menjadi orang yang ramah di kelas 1-I. Keadaan kelas 1-I saat ini memang dalam keguncangan hubungan antara mereka dengan wali kelasnya. Dan aku tak akan menambah mereka pusing dengan kemarahanku yang meluap2. Tapi, akhirnya terjadi. Setelah aku menjelaskan tentang pelajaran Tarikh Islam, sebagian besar dari mereka tertidur lelap..... Lalu, kudiktekan pertanyaan untuk mereka dan dari mereka yang matanya masih terbuka, ku minta untuk mengerjakan soal2 tadi di luar kelas tapi di tempat yang teduh. Dan sisanya tinggal yang masih tidur.... Setelah semua yang bangun keluar kelas, kututup pintu dengan keras dan saat itu juga aku berteriak "BANGUN SEMUA! BERDIRI!"... Dan tak ada hal lain kecuali hukuman bagi mereka. Ugh.... Lalu, lagi lagi karena mereka kelas bawah, kuberi motivasi dan nasehat agar mereka tidak down nantinya. Dan selanjutnya ke kelas 1-C. Sebenarnya aku ingin mengadakan CC (Cerdas Cermat) di kelas tsb tapi gara2 ada 10 orang tidak mengumpulkan tugas PRnya, berubahlah suasana kelas layaknya neraka yang menyala-nyala kobaran apinya. Saat masuk kelas, mereka kuminta untuk maju ke depan dan tak ada yg lain selain hukuman bagi mereka. Pertama adalah push up. Lalu, sedikit kulakukan ru'yah bagi mereka di bagian kaki dan terakhir jewer beruntun. Ini semua kulakukan demi mereka agar mereka tidak mudah meremehkan guru pengajar yang selama ini sejak pertama kali mengajar tak pernah menampakkan raut muka cemberut dan marah tapi sesekali kuperlihatkan pada mereka raut mukaku yang lain. Selesai hukuman, kuberi peringatan bagi mereka yang berdiri dan yang duduk bahwasanya Gontor beda dengan yang lain. Jika anda pintar tapi akhlaq anda rendah dan buruk, maka jangan heran anda tidak naik kelas atau naik tapi di kelas yang sangat bawah atau rendah sekali. betapa Gontor mementingkan Pendidikan daripada pengajaran. Lalu, kupersilahkan yang berdiri tadi untuk duduk kembali. Setelah itu aku memberi nasihat bagi mereka agar mereka selalu giat belajar dan tidak bosan2 untuk berbuat baik. "Hal apa saja yang sudah kalian lakukan untuk orang tua? Yang sudah bisa memberikan sesuatu untuk orang tuanya silahkan angkat tangan!", begitu ucapku kepada mereka. Lalu dengan pertanyaan yang sama tapi kata orangtua kuganti dengan guru. Tetap tidak ada yang mengangkat tangannya. Kemudian kulanjutkan pembicaraanku tentang belajar di pondok. Lima menit sebelum bel, kuucapkan kata-kata maaf kepada mereka dengan suara agak lirih karena saat itu tenggorokanku tercekik rasa ingin menangis. Semua permohonan maafku kulontarkan. Sampai di akhir permohonan maaf dan ingin kuucapkan "kita tutup pelajarn fisika kita di tahun ini dengan membaca Al-hamdallah" tapi baru kuucapkan "ki..", ada seorang murid yang mengangkat tangan. Namanya Farid Ibrahim. Ternyata dia menangis! Ya Allah... hatiku semakin trenyuh... bukan dia saja. tapi banyak... Lebih trenyuh lagi... Farid mengucapkan kata2 maaf mewakili kelas 1-C. Di kelas 2-F kemarin, Zadiq yang mengucapkan kata maaf mewakili satu kelas.Ya. Semua kumaafkan kesalahan2 mereka sejak awal tahun sampai sekarang (1-B, 1-C, 1-D, 1-F, 1-I, 1-L, 1-M, 2-F, 2-B, 2-D) yang tidur saat kujelaskan tentang pelajaran, yang ngobrol sendiri saat kujelaskan tentang pelajaran atau saat aku menulis di papan tulis dan ada juga yang menghina dari belakang semua sudah kumaafkan agar mereka bisa tenang dalam belajar dan tidak terbebani dosa apapun. Semoga mereka naik kelas semua dan sukses Ilman, khuluqon, adaban wa ubudiyatan. Aamiin..... dan.... semoga ilmu yang mereka dapatkan (ilmu yang baik) akan lekat sampai akhir hayat mereka termasuk pengajar ilmu tersebut. Aamiin.............
Hari ini, Rabu, 7 Juni 2012, adalah hari terakhir bagiku untuk mengajar di Pondok Modern Gontor 3 darul Ma'rifat. Seketika aku melaksanakan sujud syukur usai Sholat Dzuhur tadi siang. Meski belum pasti aku masih terus mengabdi di Bumi Darul Ma'rifat ini atau keluar untuk tujuan yang telah direncanakan olehku dan orang tua. Mungkin aku harus lebih beristikharah lagi agar Allah memberiku petunjuk lewat apapun itu bahkan lewat hatiku sendiri.
Banyak sekali hal-hal yang terjadi minggu ini. Hari selasa kemarin adalah hari di mana untuk pertama dan terakhir kalinya (mungkin) aku mendudukkan diriku di atas kursi Guru. Seumur-umur, baru sekali ini aku duduk di atas kursi guru. Saat calon pelajar, tak terpikir olehku untuk duduk di atas kursi guru. Tapi saat menginjak ke kelas 1 KMI, aku mulai melihat banyak teman-temanku yang duduk di atas kursi guru saat guru tidak ada atau bahkan saat tidak masuk kelas. Perilaku mereka membuatku ingin sekali mencoba bagaimana rasanya duduk di atas kursi guru. Ternyata ada sesuatu yang menahanku untuk duduk di atasnya. Perasaan dan pikiranku berkata bahwa aku belum pantas duduk di kursi yang sanagat berwibawa tinggi itu menurutku. Okelah. Aku akan mendudukinya ketika aku lulus nanti dan menjadi ustadz.
Aku di kelas 2-B Gontor 3 Darul Ma'rifat |
Hari ini, karena masuk kelas terakhir, aku berencana untuk membuat kelas yang ku ajari mengakhiri pertemuan denganku secara HAPPY ENDING. tapi yang terjadi adalah kebalikannya. yang ada hanyalah kemarahan, kekhilafan, tangisan dan terakhir permohonan maaf. Aku sebenarnya ikut terharu tapi hanya terlihat sedikit bagi murid2ku (semoga). di kelas 1-M, aku terpaksa marah habis2an dan kuungkapkan semua sakit hatiku terhadap mereka. Suasana kelas hening. Tapi setelah itu kuberi mereka motivasi lantaran kelas mereka bawah yaitu "M" jadi kemampuan mereka belum keluar semua dan jika direndah2kan akan lebih down lagi. Lanjut ke 1-I. Sebelumnya, di kelas 1-I aku belum pernah marah karena aku berusaha menjadi orang yang ramah di kelas 1-I. Keadaan kelas 1-I saat ini memang dalam keguncangan hubungan antara mereka dengan wali kelasnya. Dan aku tak akan menambah mereka pusing dengan kemarahanku yang meluap2. Tapi, akhirnya terjadi. Setelah aku menjelaskan tentang pelajaran Tarikh Islam, sebagian besar dari mereka tertidur lelap..... Lalu, kudiktekan pertanyaan untuk mereka dan dari mereka yang matanya masih terbuka, ku minta untuk mengerjakan soal2 tadi di luar kelas tapi di tempat yang teduh. Dan sisanya tinggal yang masih tidur.... Setelah semua yang bangun keluar kelas, kututup pintu dengan keras dan saat itu juga aku berteriak "BANGUN SEMUA! BERDIRI!"... Dan tak ada hal lain kecuali hukuman bagi mereka. Ugh.... Lalu, lagi lagi karena mereka kelas bawah, kuberi motivasi dan nasehat agar mereka tidak down nantinya. Dan selanjutnya ke kelas 1-C. Sebenarnya aku ingin mengadakan CC (Cerdas Cermat) di kelas tsb tapi gara2 ada 10 orang tidak mengumpulkan tugas PRnya, berubahlah suasana kelas layaknya neraka yang menyala-nyala kobaran apinya. Saat masuk kelas, mereka kuminta untuk maju ke depan dan tak ada yg lain selain hukuman bagi mereka. Pertama adalah push up. Lalu, sedikit kulakukan ru'yah bagi mereka di bagian kaki dan terakhir jewer beruntun. Ini semua kulakukan demi mereka agar mereka tidak mudah meremehkan guru pengajar yang selama ini sejak pertama kali mengajar tak pernah menampakkan raut muka cemberut dan marah tapi sesekali kuperlihatkan pada mereka raut mukaku yang lain. Selesai hukuman, kuberi peringatan bagi mereka yang berdiri dan yang duduk bahwasanya Gontor beda dengan yang lain. Jika anda pintar tapi akhlaq anda rendah dan buruk, maka jangan heran anda tidak naik kelas atau naik tapi di kelas yang sangat bawah atau rendah sekali. betapa Gontor mementingkan Pendidikan daripada pengajaran. Lalu, kupersilahkan yang berdiri tadi untuk duduk kembali. Setelah itu aku memberi nasihat bagi mereka agar mereka selalu giat belajar dan tidak bosan2 untuk berbuat baik. "Hal apa saja yang sudah kalian lakukan untuk orang tua? Yang sudah bisa memberikan sesuatu untuk orang tuanya silahkan angkat tangan!", begitu ucapku kepada mereka. Lalu dengan pertanyaan yang sama tapi kata orangtua kuganti dengan guru. Tetap tidak ada yang mengangkat tangannya. Kemudian kulanjutkan pembicaraanku tentang belajar di pondok. Lima menit sebelum bel, kuucapkan kata-kata maaf kepada mereka dengan suara agak lirih karena saat itu tenggorokanku tercekik rasa ingin menangis. Semua permohonan maafku kulontarkan. Sampai di akhir permohonan maaf dan ingin kuucapkan "kita tutup pelajarn fisika kita di tahun ini dengan membaca Al-hamdallah" tapi baru kuucapkan "ki..", ada seorang murid yang mengangkat tangan. Namanya Farid Ibrahim. Ternyata dia menangis! Ya Allah... hatiku semakin trenyuh... bukan dia saja. tapi banyak... Lebih trenyuh lagi... Farid mengucapkan kata2 maaf mewakili kelas 1-C. Di kelas 2-F kemarin, Zadiq yang mengucapkan kata maaf mewakili satu kelas.Ya. Semua kumaafkan kesalahan2 mereka sejak awal tahun sampai sekarang (1-B, 1-C, 1-D, 1-F, 1-I, 1-L, 1-M, 2-F, 2-B, 2-D) yang tidur saat kujelaskan tentang pelajaran, yang ngobrol sendiri saat kujelaskan tentang pelajaran atau saat aku menulis di papan tulis dan ada juga yang menghina dari belakang semua sudah kumaafkan agar mereka bisa tenang dalam belajar dan tidak terbebani dosa apapun. Semoga mereka naik kelas semua dan sukses Ilman, khuluqon, adaban wa ubudiyatan. Aamiin..... dan.... semoga ilmu yang mereka dapatkan (ilmu yang baik) akan lekat sampai akhir hayat mereka termasuk pengajar ilmu tersebut. Aamiin.............
Tidak usah ragu dan bimbang, lanjut terus bro... InsyAllah banyak ilmu dan pengalaman yg sgt berharga yg akan akhi dapatkan di Gtr3, kuliah diluar hanya menang Nama aja, ilmu dan pengalaman NIHIL....!
BalasHapusSyukron pak..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus